JOMBANG, LintasDaerah.id – Tragedi pencoretan 7 dari 11 atlet sepatu roda Kabupaten Jombang dari daftar atlet yang berlaga di Porprov Jatim IX 2025, seolah menjadi catatan kelam bagi dunia olahraga di Kota Santri.
Sebelas atlet tersebut, terdiri dari 5 putra dan 6 putri. Mereka terdaftar secara resmi di KONI Jombang.
Namun kemudian, 7 di antara 11 atlet sepatu roda Jombang tersebut dicoret Porserosi Jombang dalam daftar resmi Porprov Jatim IX Jatim.
Wali Atlet Sepatu Roda Jombang mengungkapkan, menjelang Porprov Jatim IX 2025 bergulir, mereka mengaku mendapatkan daftar 6 atlet sepatu roda yang diberangkatkan ke Porprov Jatim IX.
“Ketika kami lihat daftarnya, satu atlet di antaranya tidak lolos seleksi dan satu atlet tidak ikut seleksi. Pertanyaannya, kok bisa?,” ungkapnya.
Sedangkan sisa 4 atlet yang berangkat ke Porprov Jatim IX adalah atlet bagian dari daftar 11 atlet sebelumnya. Inilah awal mula 7 nama atlet sepatu roda dicoret.
Setelah berbagai pihak melakukan upaya, akhirnya dari 7 atlet yang dicoret, 3 nama atlet bisa mengikuti Porprov Jatim IX 2025 dan menyisakan 4 atlet yang tidak berangkat.
Mereka diberangkatkan, menyusul hasil dari mediasi antara Porserosi dengan Wali Atlet di ruang kerja Ketua DPRD Jombang, Kamis 12 Juni 2025 lalu.
Sebegaimana diberitakan, bahwa hasil mediasi tersebut, siapa saja yang nanti akan berangkat ke Porprov, mereka harus pindah ke klub yang masih aktif. Sebab hal itu sebagai antsipasi jika nanti digugat setelah menang dan diketahui jika atlet berasal dari klub yang non aktif hingga kemenangan dibatalkan
“Mereka yang akan masuk harus pindah ke klub yang masih aktif. Sebab sebagai antsipasi jika nanti digugat setelah menang dan diketahui jika atlet berasal dari klub yang non aktif hingga kemenangan dibatalkan,” kata Sutrisno, Ketua Porserosi, usai mediasi bersama Ketua DPRD Jombang, 12 Juni 2025 lalu.
Dijelaskan Wali Atlet Sepatu Roda Jombang, semula tujuh atlet yang sebelumnya dicoret tersebut dinyatakan lolos seleksi dan aktif ikut Pemusatan Pelatihan Kabupaten (Puslatkab). Bahkan, di antara mereka, punya rekam jejak prestasi yang tak main-main. Mereka pernah menyumbang medali emas untuk Jombang.
“Orangtua mereka merasa kecewa dan tak habis pikir dengan keputusan sepihak yang tidak mengindahkan proses seleksi resmi dari KONI,” ungkap salah satu Wali Atlet, Sabtu (21/6/2025) petang.
Saking kecewanya, salah satu orangtua atlet menyatakan akan memindahkan anaknya membela daerah lain.
“Anak kami cuma ingin membela daerahnya, tapi malah dipolitisasi. Kalau begini terus, lebih baik anak saya pindah bela daerah lain,” ucapnya.
Drama Pencoretan Atlet Sepatu Roda Jombang
Berdasarkan penuturan Wali Atlet Sepatu Roda, sebelumnya, Jombang hanya memiliki satu klub sepatu roda, yakni JOINS (Jombang Inline Skate). Sejauh eksistensinya itu, JOINS dikenal sebagai pencetak atlet-atlet berprestasi.
Namun situasi berubah ketika muncul klub baru bernama JFC (Jombang Freestyle Club). Munculnya JFC diduga menjadi langkah untuk memecah kekuatan JOINS. Sejumlah atlet unggulan JOINS ditarik keluar dan dimasukkan ke JFC agar lebih mudah dikendalikan oleh pihak tertentu.
Rupanya, JFC tak semulus yang diperkirakan. Klub ini menuai badai konflik internal. Akibatnya, terbentuklan dua klub baru yakni GRIS dan MAJIN.
Maka, kini terdapat empat klub sepatu roda aktif di Kabupaten Jombang, di antaranya JOINS, JFC, GRIS, dan MAJIN.
Menghadapi Porprov Jatim, para orangtua dan pelatih dari tiga klub selain JFC mendesak agar melaksanakan seleksi atlet secara terbuka dan resmi. KONI Jombang akhirnya menggelar seleksi pada Februari 2025. Hasilnya, terpilih delapan atlet terbaik. Tujuh di antaranya berasal dari JOINS, GRIS, dan MAJIN, serta satu dari JFC.
Namun, hasil tesebut tidak sepenuhnya diterima PORSEROSI (Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia) Kabupaten Jombang.
Alhasil, Porserosi Jombang melaksanakan seleksi tambahan, dengan menambahkan tiga nama atlet lagi, sehingga total ada sebelas atlet yang kemudian mengikuti pemusatan latihan kabupaten (puslatkab).
Konflik memuncak, ketika tiga klub yakni JOINS, GRIS, dan MAJIN menggelar Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub) karena tidak puas dengan kepemimpinan Porserosi Jombang. Ujungnya, mereka menunjuk Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Porserosi yang baru.
Seolah tak terima adanya Muscablub, Ketua Porserosi Jombang yang lama menerbitkan SK pencoretan terhadap tujuh dari sebelas atlet yang sebelumnya lolos seleksi dan ikut Puslatkab.
“Yang menjadi tanda tanya besar kami, beberapa nama pengganti atlet yang tetap diberangkatkan tidak pernah mengikuti seleksi resmi dan tidak memiliki rekam jejak prestasi,” kata Wali Atlet curiga.
Kondisi tersebut, lanjutnya, memunculkan dugaan adanya intervensi dan keberpihakan berdasarkan hubungan dekat dengan pengurus maupun dukungan dari pihak donatur tertentu.
Atas kondisi demikian, para orangtua atlet yang dicoret tidak tinggal diam. Mereka melayangkan protes ke Bupati Jombang, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora), dan Komisi D DPRD Jombang.
Kemudian, terlaksanalah mediasi antara kedua pihak di DPRD Jombang. Dalam pertemuan itu, mereka menuntut keadilan serta mempertanyakan legalitas pembekuan klub dan dasar hukum pencoretan atlet.
“Jawaban yang kami terima tidak memuaskan. Porserosi dan KONI menyatakan bahwa pencoretan merupakan konsekuensi dari ‘pembangkangan organisasi’, karena ikut dalam Muscablub,” cerita Wali Atlet. (*)