JOMBANG, LintasDaerah.id – Tasyakuran memperingati 100 hari kerja Bupati Jombang Warsubi dan Wakil Bupati Salmanuddin telah usai dilaksanakan pada Selasa 10 Juni 2025.
Sederet pencapaian dan launching program pelayanan masyarakat dipamerkan dalam acara bertajuk Dialog Interaktif Warung Pojok Kebon Rojo. Acara semakin seru berkat dipandu Asisten 1 Purwanto atau yang akrab disapa Cak Gempur.
Tak hanya itu, tembang kenangan hingga campursari turut menghibur para tamu undangan di Pendopo Kabupaten Jombang.
Venue terlihat menarik dengan tatanan sepeda ontel, motor Vespa dan gamelan campursari lengkap dengan penoton yang bersorak-sorai.
Di sudut lain, terdapat rombong angkringan beserta kopi sachet-an berdiri kodoh di samping para pemain gamelan.
Tak ketinggalan menu kuliner khas gubukan dari soto ayam, bakso, gado-gado hingga gorengan dan es cincau menjadi santapan lezat para tamu undangan.
Disiarkan salah satu stasiun televisi, Live di YouTube JombangKab dan Radio Suara Jombang, Bupati Jombang Warsubi ‘pamer’ pencapaian kinerjanya selama 100 hari, didampingi Wakil Bupati dan Sekdakab Agus Purnomo.
“Program 100 hari kerja bukan hanya wacana, tapi langkah nyata menuju Jombang yang kita cita-citakan bersama,” ujar Bupati Warsubi.
Bupati Warsubi menggenalkan program unggulan yang dicapai hanya dalam waktu 85 hari kerja yakni “Asta Cita Warsa” yang meliputi 8 program prioritas pembangunan di Jombang.
Di sela-sela acara disispi kidungan dan celoteh ringan menggelitik dilontarkan Cak Gempur yang disambut gelak tawa para jajaran Forkopimda, Kepala OPD, tamu undangan dari komunitas hingga jurnalis yang datang.
Acara berlanjung lancar dimulai pada pukul 09.30 WIB dan berakhir dengan potong tumpeng pada pukul 12.00 WIB.
Namun siapa sangka, sehari sebelum gelaran pesta di Pendopo Kabupaten Jombang tersebut, warga Jombang sisi utara Brantas dipenuhi isak tangis. Mereka adalah para petani tembakau yang tanamananya terkena banjir.
Banjir telah menggenangi lahan pertanian yang baru saja ditanami tembakau kurang dari satu bulan.
Bisa dibayangkan, bibit tembakau yang belum genap satu bulan harus bertarung dengan banjir di musim kemarau basah saat ini.
Alhasil, tanaman tembakau itu pun terancam membusuk dan petaninya berpotensi gagal panen.
Banjir yang melanda wilayah utara Sungai Brantas di Kabupaten Jombang Jawa Timur pada Senin (9/6/2025) berdampak serius pada tanaman tembakau.
Lahan tembakau seluas 1.145 hektar dilaporkan terendam banjir dan membuat petani harus menanggung kerugian besar.
Kepala Bidang Perlindungan Pasca Panen dan Pemasaran Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hltikultura Dinas Pertanian Jombang, Akhmad Jeni Masyhudi mengatakan, sentra tembakau di sejumlah kecamatan di wilayah Jombang utara, terdampak banjir.
“Data sementara, luas lahan tembakau yang berdampak mencapai 1.145 hektare. Wilayahnya tersebar di Plandaan, Ngusikan, Kabuh, Ploso dan Kudu,” ujarnya pada Raabu (11/6/2025)
Akhmad Jeni Masyhudi menambahkan, petani terpaksa mencabut tanaman tembakau lantaran mustahil berkembang.
Sebelumnya, pihaknya telah mengingatkan petani terkait saat ini tengah memasuki kemarau basah dimana hujan masih berpotensi mengakibatkan banjir. Namun, sebagian petani tetap memilih menanam tembakau.
“Sejak awal sudah kami koordinasikan dengan BMKG, dan disampaikan, tahun ini berpotensi kemarau basah. Tapi keputusan pemilihan tanaman budidaya tetap ada pada petani,” tambahnya.
Menanam tembakau memang telah menjadi budaya serta pilihan utama para petani di wilayah utara Sungai Brantas Kabupaten Jombang. Meski begitu, secara teknis lahan masih bisa ditanami padi atau komoditas lain.
Sementara itu, kerugian yang dialami ditaksir mencapai puluhan juta. Budanto Setiawan (42), petani di Dusun Mabul, Desa Sidokaton, Kecamatan Kudu mengaku, mengalami kerugian hingga 30 juta.
Tembakau yang baru berumur 1,5 bulan rusak karena tergenang banjir. Tahun ini bukan pertama kalinya ia mengalami gagal panen.
“Sudah 4 kali gagal tanam, yang terakhir juga rusak. Padahal biasanya dari 1,5 hektare lahan bisa panen sampai 10 ton. Sekarang bisa dpaat 1 ton sudah bagus,” keluhnya.
Semua tanaman tembakau yang belum waktunya panen terpaksa dicabut lantaran membusuk. (*)